Showing posts with label Sport. Show all posts
Showing posts with label Sport. Show all posts

Sunday, February 6, 2011

Belajar dari Kematian Adjie Massaid

Adjie Massaid.
 


Saya sudah kenal almarhum Adjie Massaid sejak tahun 2000-an, dan sepanjang pengetahuan saya, Adjie memiliki gaya hidup yang relatif sehat. Dua sahabat Adjie di Belanda yakni Justin dan Richard juga adalah teman saya sesama member Klub Ade Rai.

Dua teman ini mengkonfirmasi soal gaya hidup Adjie yang cukup health conscious sampai saat-saat terakhirnya. Almarhum dikenal kerap memilih makanan yang sehat dan rutin berolahraga.

Adjie juga dikenal sangat terlatih dalam berolahraga sepakbola, bahkan kapasitasnya boleh saya bilang setara dengan pemain timnas. Adjie adalah didikan klub sepakbola Belanda. Sempat bermain di klub Ajax junior, yang tentu bukan sekolah sepakbola biasa.

Sepanjang pengetahuan saya, gaya hidup sehat di kalangan pesepakbola di Belanda sudah menjadi budaya. Mereka makan roti gandum, buah-buahan, spaghetti, tidak memakan gorengan, menghindari kehidupan malam. Mereka serius sekali menjalankan pola hidup ini karena sudah terkondisikan, dan Adjie adalah bagian dari pendidikan itu.

Di Indonesia sendiri, Adjie rutin bermain sepakbola. Saya juga diberi konfirmasi oleh Donny Pattinasarany, yang juga adik legenda sepakbola nasional Ronny Pattinasarany. Kami bertemu pada Minggu (6/2/2011) kemarin di Metro TV.

Bung Donny adalah eks pemain PSM Makassar dan dia adalah salah satu yang bermain dengan Adjie pada malam terakhir sebelum peristiwa. Bung Donny sendiri sudah berusia 55 tahun. Dan menurut beliau, soal makanan, Adjie jauh lebih sehat ketimbang beliau sendiri.

Ini tentu mematahkan beberapa argumentasi yang menjadi pemicu kematiannya yang mendadak seperti faktor 'minimnya' persiapan dalam olahraga, usia, dan jenis olahraga yang dilakukan almarhum.

Yang perlu dicatat adalah, seharusnya rutinitas berolahraga juga diikuti dengan pola makan yang sehat. Radikal bebas apabila bertemu dengan kolesterol akan sangat berpotensi menyebabkan penyumbatan pembuluh darah.

Menurut Donny, pada malam terakhir itu mereka bermain 3 set masing-masing 30 menit. Adjie bermain sampai dengan menit ke 80, dan harus meninggalkan lapangan karena alasan yang Bung Donny tidak tahu. Menurut beliau, tidak ada tanda-tanda Adjie sesak nafas, kelelahan, dan lain sebagainya. Bahkan masih dengan ceria berfoto-foto dan saling tos-tosan.

Adjie juga tidak bermain futsal seperti yang ramai dikabarkan. Tetapi ia bermain sepakbola di lapangan Lebak Bulus. Ia juga tidak terjatuh di lapangan. Justru pada malam itu, Adjie berhasil mencetak 2 gol.
Gaya hidup Adjie yang sehat, mengkonsumsi makanan sehat dan pemilih, ini pun mematahkan argumentasi seolah Adjie menjalankan hidup tidak sehat dan akibatnya terkena sakit jantung.  Bahkan menurut Justin, Adjie masih menjalankan hidup sehat sampai akhir hayatnya.


Hidap sehat harus lengkap

Kita boleh saja bermain futsal sampai usia berapa pun, asal sesuai dengan kondisi kita, dan menjalankan gaya hidup sehat yang lengkap. Tidak hanya olahraga, tapi juga memilih makanan yang sehat. Futsal sangat menyehatkan, dan memberikan manfaat besar bagi kesehatan. Mungkin yang perlu dipelajari adalah cara-cara menjaga kesehatan dengan sepakbola sebagai bagian dari program olahraga.

Banyak mantan pemain sepakbola profesional Indonesia saat ini sudah berusia 50-60 tahun yang masih bermain sepakbola, sesuai kondisi, dan bermain dengan gembira.

Sampai Minggu malam tadi, saya hanya tahu bahwa "katanya.." Adjie diduga meninggal karena sakit jantung. Saya sendiri sebagai dokter lebih menunggu pernyataan resmi  yang bersumber dari pihak rumah sakit yang  paling "akurat" dalam menjelaskan pada masyarakat apa yang menjadi penyebab kematian Adjie.

Informasi akan menjadi lebih bernilai  kalau diberikan oleh pihak yang merawat Adjie mulai dari saat masuk rumah sakit sampai kepada kematiannya, dan akan lebih solid informasinya kalau Adjie diotopsi dan yang disampaikan adalah hasil otopsi, akan tetapi mungkin pihak keluarga berpandangan lain. Jadi saya berpendapat, sebaiknya tidak berspekulasi soal penyebab kematian Adjie.

Menurut saya, kita perlu luruskan tema berita  "Adjie meninggal terkena sakit jantung saat main futsal".  Atau "bermain futsal berbahaya dan menyebabkan kematian", atau "futsal tidak cocok pada usia 40 tahun".
Kalau pun mau didata, berapa orang yang meninggal akibat futsal, maka dibandingkan dengan yang main futsal, maka kejadiannya jauh. Sangat jauh lebih kecil dibandingkan kematian akibat kecelakaaan akibat sepeda motor. Bayangkan kalau ada himbauan, sebaiknya tidak naik sepeda motor karena berisiko menyebabkan kematian.

Akhir dari tulisan ini adalah bahwa kematian Adjie Massaid tentunya  meninggalkan pembelajaran bagi kita untuk menyadari betapa kematian adalah hal yang pasti bagi siapa pun. Oleh karena itu, kita harus dengan sadar menjaga kesehatan. Sebab apabila kita sudah tidak memilikinya, berapapun yang kita bayar, kita tidak akan sanggup membelinya.

Langkah pertama untuk bisa menjaga kesehatan adalah belajar bagaimana memulai hidup sehat, bagaimana menjalankannya, dan bagaimana mempertahankannya selama mungkin agar kita memiliki kualitas hidup yang baik sampai akhir hayat kita.

Phaidon L Toruan dr MM
Corporate Health Trainer

Sumber: kompas.com

Thursday, February 3, 2011

Jawaban Bepe Soal Surat Eli Cohen

Para pemain Timnas Indonesia merayakan gol yang dilesakkan Bambang Pamungkas (tengah)
saat bertemu Thailand dalam partai penutup Grup A Piala AFF 2010 di Jakarta, 7 Desember 2010. 
AFP PHOTO/Bay ISMOYO



Bambang Pamungkas angkat tulisan menanggapi tuduhan adanya pengaturan pertandingan pada leg pertama final Piala AFF di Malaysia, Desember tahun lalu. Salah satu pemain dalam skuad tim nasional ini ikut merasa terpukul dengan tuduhan yang dianggapnya mengada-ada tersebut meski tidak puas dengan knerja PSSI.

Awal pekan ini pecinta sepakbola di Tanah Air digemparkan surat elektronik dari seorang bernama Eli Cohen. Orang yang mengaku pegawai pajak Kementerian Keuangan ini mengklaim adanya skandal penjualan laga final Piala AFF demi keuntungan pribadi sejumlah petinggi PSSI (Baca: Inilah Surat Eli Cohen Soal Pengurus PSSI). Ketua Umum PSSI Nurdin Halid dan Nugraha Besoes selaku Sekretaris Jenderal PSSI diduga menjadi dalangnya.

Bepe, melalui laman pribadinya, dengan lugas menjabarkan kronologis kegiatan tim Garuda sebelum, di, dan setelah meninggalkan Stadion Bukit Jalil, tempat pertandingan dimana Indonesia dikalahkan Malaysia tiga gol tanpa balas. Striker Persija Jakarta ini menjamin tidak ada� pertemuan dengan petinggi PSSI atau pihak luar selama menginap di Hotel Palace of the Golden Horses sebelum laga pertama final tersebut.

Pun ketika berada di ruang ganti stadion. Bepe, panggilan akrab sang striker, menyatakan, pelatih Alfred Riedl kecewa karena tidak ada pengurus PSSI yang masuk ke ruang ganti ketika tim mengalami kekalahan. Barulah perihal itu—ketidakhadiran Nurdin—ditanyakan langsung ketika berada di hotel usai pertandingan.

Dan cerita Bepe, Nurdin tidak masuk karena tidak diperbolehkan petugas dari panitia lokal lantaran tidak memiliki ID card yang berkepentingan. Padahal, menurutnya, para pemain sangat berharap adanya pernyataan yang bisa membuat tim lebih tenang menyikapi kekalahan mengecewakan tersebut.

Bepe menggarisbawahi percakapannya dengan Nurdin sebagai kunci dari e-mail Eli Cohen. "Bagaimana mungkin Ketua Umum PSSI tersebut dapat memasuki ruang ganti dan memberi instruksi jika beliau tidak memiliki ID card?" cetus Bepe dari laman resmi miliknya. "Dan memang pada kenyataannya, beliau memang tidak pernah sekalipun memasuki ruang ganti."

Bepe yakin jika tuduhan itu benar maka dibutuhkan campur tangan dari pemain atau wasit yang memimpin jalannya pertandingan. Bepe yakin rekan-rekannya tidak akan menjual harkat dan martabat bangsa. Sedangkan dari sisi wasit, Bepe juga yakin AFF sebagai penyelenggara tidak akan mengambil risiko kehilangan muka menugaskan wasit yang tidak berkompeten.

"Sejujurnya, saya juga termasuk orang yg tidak puas dengan kinerja dari organisasi bernama PSSI. Akan tetapi, dengan menyebarkan isu adanya kolusi, kok rasanya orang yg bersangkutan tidak lebih baik dari seorang pengecut, tidak berani secara fair muncul. Tuduhan itu juga saya anggap kejam dan tidak manusiawi," imbuhnya.

Sumber: liputan6.com

Inilah Surat Eli Cohen Soal Pengurus PSSI


Trio Petinggi PSSI: (dari kiri ke kanan) Nirwan Bakrie, Nurdin Halid, dan Nugraha Besoes.


Seseorang mengaku bernama Eli Cohen menulis surat elektronik kepada Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono yang menuding sejumlah pengurus PSSI mengatur laga Timnas Indonesia vs Malaysia di final Piala AFF, Desember lalu. Inilah surat Eli Cohen yang menghebohkan itu. Demi alasan etis, inisial para pejabat sengaja dihilangkan.

From: eli cohen
Date: Sun, 30 Jan 2011 14:36:16 +0700
To: ; ;

Subject: Mohon Penyelidikan Skandal Suap saat Piala AFF di Malaysia

Kepada Yth.
Bapak Susilo Bambang Yudhoyono
Presiden Republik Indonesia
Di Jakarta

Dengan Hormat,

Perkenalkan nama saya Eli Cohen, pegawai pajak di lingkungan kementrian Keuangan Republik Indonesia.� Semoga� Bapak Presiden dalam keadaan sehat selalu. Minggu ini saya membaca majalah tempo, yang mengangkat tema khusus soal PSSI. Saya ingin menyampaikan informasi� terkait dengan apa yang saya dengar dari salah satu wajib pajak yang saya� periksa dan kebetulan adalah pengurus PSSI (maaf saya tidak bisa menyebutkan namanya).

Dari testimony yang disampaikan ternyata sangat mengejutkan yaitu adanya dugaan skandal suap yang terjadi dalam Final Piala AFF yang dilangsungkan di Malaysia.

Disampaikan bahwa kekalahan tim sepak bola Indonesia dari� tuan rumah Malaysia saat itu adalah sudah ditentukan sebelum pertandingan dimulai.� Hal ini terjadi karena adanya permainan atau skandal suap yang dilakukan oleh� Bandar Judi di Malaysia dengan petinggi penting di PSSI yaitu XX dan XXX. Dari kekalahan tim Indonesia ini baik Bandar judi maupun 2 orang oknum PSSI ini meraup untung puluhan miliar rupiah.

Informasi dari kawan saya, saat dikamar ganti dua orang oknum PSSI ini masuk ke ruang ganti pemain (menurut aturan resmi seharusnya hal ini dilarang) untuk memberikan instruksi kepada oknum pemain. Insiden "laser" dinilai sebagai salah satu desain dan pemicunya untuk mematahkan semangat bertanding.

Keuntungan yang diperoleh oleh dua oknum ini dari Bandar judi ini digunakan untuk kepentingan kongres PSSI yang dilangsungkan pada� tahun ini. Uang tersebut untuk menyuap� peserta kongres agar memilih XX kembali sebagai Ketua Umum PSSI pada periode berikutnya.

Saya bukan penggemar sepak bola, namun sebagai seorang nasionalis dan cinta tanah air saya sangat marah atas informasi ini. Nasionalisme kita seakan sudah dijual kepada bandar judi� untuk kepentingan pribadi oleh oknum PSSI yang tidak bertanggung� jawab. Oleh karenanya saya meminta Bapak Presiden� untuk melakukan penyelidikan atas skandal suap yang sangat memalukan ini.

Semoga Tuhan memberkati negara ini.

Hormat Kami,
Eli Cohen
Pegawai Pajak

Tembusan

1. Menteri Olah Raga
2. Ketua KPK
3. Ketua DPR
4. Ketua KONI




"Eli Cohen" Adalah Nama Agen Mossad


Surat kaleng yang dialamatkan kepada Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono serta tembusan kepada Menteri Pemudan dan Olah Raga, Ketua KPK, Ketua DPR, serta Ketua KONI mulai beredar luas di dunia maya.

Dalam surat ini, sang pengirim menyebutkan sejumlah dugaan adanya praktik jual beli laga Timnas Indonesia vs Malaysia di final Piala AFF 2010 yang dilakukan pejabat teras PSSI kepada bandar judi kelas kakap di Malaysia.

Tidak hanya menuding oknum PSSI tega membuat Tim Merah Putih kalah telak dari Malaysia 3-0, surat yang dikirimkan seseorang bernama Eli Cohen tersebut juga menuding sejumlah nama pejabat teras PSSI yang mendapatkan keuntungan besar atas kekalahan Indonesia tersebut.

Siapakah Eli Cohen sebetulnya? Di dalam surat ini, ia mengaku sebagai pegawai pajak di lingkungan Kementerian Keuangan RI. Namun bisa dipastikan bahwa nama ini adalah nama samaran. Seperti diketahui, Eli Cohen adalah nama salah seorang agen rahasia terbaik Israel, Mossad yang lahir di Mesir, 26 Desember 1924.

Cohen dikenal karena pekerjaan mata-mata yang ia lakukan di Suriah untuk Israel. Dalam penyamarannya, ia berhasil menginfiltrasi lingkungan polilik dan militer Suriah dan berhasil menduduki jabatan penasehat kepala bagi Kementrian Pertahanan di negara Arab ini. Tindak-tanduknya diketahui dan ia pun ditangkap pihak berwajib Suriah. Ia dihukum gantung pada 1965.

Meski begitu, kawat-kawat intelejen yang ia kumpulkan diklaim sebagai salah satu faktor penting kesuksesan Israel memenangkan "Perang Enam Hari." Ia dianggap sebagai salah satu mata-mata paling sukses setelah Perang Dunia II dan namanya masuk dalam Museum mata-mata internasional di Washington DC, Amerika Serikat.(Wikipedia/CHR/YUS)


Sumber: bola.liputan6.com

ICW Tuding Nurdin Terima Dana APBD

Tempo/Zulkarnain

 

Lagi-lagi dituding korupsi


Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) kembali menerima tudingan miring. Indonesia Corruption Watch (ICW) menduga Nurdin terlibat dalam korupsi dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk klub sepakbola Persisam Putra Samarinda.

Dugaan disampaikan ICW bersama LSM Kontras dan Ketua Jambore Perubahan Sepakbola Indonesia di kantor Kontras, Jakarta, Kamis (3/2). Menurut ICW, dalam pertimbangan majelis hakim Pengadilan Negeri Samarinda saat memvonis bersalah terdakwa Aidil Fitri, manajer Persisam disebut-sebut Nurdin juga menerima aliran dana sebesar Rp 100 juta. Aidil terbukti mengorupsi dana APBD klub Persisam. Selain Nurdin, petinggi PSSI lain yakni Andi Darusalam Tabusala juga diduga menerima uang sebesar Rp 80 juta.

Karena itu ICW meminta Komisi Pemberantasan Korupsi dan kejaksaan setempat segera memeriksa Nurdin. ICW juga meminta panitia pendaftaran calon Ketua Umum PSSI menolak pencalonan kembali Nurdin sebagai Ketua Umum PSSI.

PSSI sempat tercoreng ketika surat aduan Eli Cohen disampaikan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui surat elektronik. Eli menuding ada anggota PSSI yang mengatur laga final antara Malaysia melawan Indonesia dalam laga final Piala AFF 2010 silam.

Sumber: id.news.yahoo.com

Thursday, January 27, 2011

PSM Boyong Mantan Gelandang Ajax Amsterdam

 
Pasca kekalahan 1-2 PSM Makassar dari Persema Malang, di LPI kemarin, tim berjuluk Juku Eja ini mulai berbenah. Mereka memboyong mantan gelandang Ajax Amsterdam, Richard Knopper dari Belanda.

Knopper yang menyandang status tanpa klub setelah kontraknya di klub ADO Den Hag ini, tiba di Makassar pada sabtu sore kemarin saat para pemain PSM tengah berlaga di Malang.

Managing Director PSM, Husain Abdullah yang dihubungi detiksport, menyebutkan Knopper diplot sebagai second striker di PSM dan akan mempertajam serangan PSM yang diperkuat striker lokal PSM, yakni Andi Oddang dan Rahmat.

Knopper yang pernah dinobatkan sebagai pemain Ajax paling berbakat di tahun 1999-2000 ini, lanjut Husain, karena memiliki naluri gol yang baik. "Dia bisa jadi penyerang lubang diantara Oddang dan Rahmat, dengan demikian kita tetap bisa memberi porsi kepada striker lokal kita sbg pembinaan," tutur Husain.

Husain menambahkan, sudah menjadi tradisi bagi PSM mendatangkan pemain-pemain asing berkelas, seperti Cristian Gonzales, Jacksen F Tiago, Ronald Fagundez, Aldo Baretto dan Abanda Herman. Gonzales sendiri, lanjut Husain, berhasil dinaturalisasi sebagai penyerang timnas Indonesia yang handal.

"Sejarah persepakbolaan tanah air kita mencatat nama Knopper sebagai mantan pemain Ajax pertama yang merumput di klub Indonesia, yakni di PSM, kita memang selalu membidik pemain-pemain besar seperti Knopper," pungkas Husain.

Rencananya, senin besok (24/1/2011), seluruh berkas dokumen kontrak Knopper akan dirampungkan oleh manajemen PSM dan akan segera dilaporkan ke pihak Konsorsium LPI di Jakarta. Hal ini diupayakan oleh manajemen PSM agar Knopper bisa langsung bermain dalam laga kandang PSM, melawan Aceh United, 30 Januari mendatang.


Knopper Dikontrak PSM Rp 3,5 Miliar Selama 2 Musim 


Knopper saat melakukan penandatanganan kontrak di Hotel Singgasana. 

Mantan gelandang Ajax Amsterdam, Richard Knopper, dikontrak oleh klub PSM Makassar selama dua musim. Untuk kurun waktu tersebut, Knopper mendapatkan bayaran Rp 3,5 miliar.

Knopper yang didampingi CEO PSM, Andi Ilhamsyah Matalatta, dan Managing Director, Husain Abdullah, menandatangani kontraknya di Hotel Singgasana, jalan Kajaolalido, Makassar, rabu (26/1/201).

Selain diganjar kontrak Rp 3,5 Milyar, Knopper juga akan difasilitasi rumah mewah yang disertai kolam renang dan dijaga oleh satpam. Dengan fasilitas mewah ini, Knopper akan memboyong anak-istrinya yang masih berada di Belanda.

Menurut Husain Abdullah, harga banderol Knopper yang bombastis sudah sesuai dengan kualitas pemain. Knopper pernah dinobatkan pemain paling berbakat Ajax pada tahun 1999-2000 dan pernah merasakan atmosfer liga Eropa, seperti Liga Champions.

"Suka tidak suka, harga Knopper terpaksa tinggi, tentunya Knopper akan membayarnya kembali dengan penampilan yang apik di lapangan, apalagi akan disiarkan langsung di stasiun televisi, ini juga akan mendongkrak nilai jual PSM di mata pemasang iklan," pungkas Husain.

Husain menambahkan, keputusan merekrut Knopper ke dalam tim yang berjuluk Juku Eja ini bertujuan membangun tim yang tangguh dan punya nilai jual tinggi. Husain menampik tudingan yang menganggap PSM membeli pemain asing veteran yang sudah tidak potensial lagi.

"Kualitas Knopper memang di atas rata-rata, pelatih PSM Wim (Wilhelmus Gerrardus Rijbergen) menyebut speed dan power Knopper masih sangat bagus," tutur Husain.

Manajemen PSM berharap, Knopper segera bisa bermain dalam laga LPI, pada 30 Januari mendatang, saat menjamu Aceh United di stadion Andi Matalatta, Makassar.

Sumber: detiksport.com

Dari Timnas Inggris ke Bandung FC

Getty Images/Pete Norton

LPI Sita Pemberitaan di Inggris 

Begabungnya Lee Hendrie ke Bandung FC ternyata tidak hanya menyita perhatian media di Indonesia. Keputusan mantan bintang Aston Villa dan juga pernah membela Timnas Inggris ini juga menjadi pemberitaan di Inggris sana.


Hendrie yang memperkuat Villa di pertengahan 1990-an menandatangani kontrak dua tahun dengan Bandung. Pemain berumur 33 tahun ini diharapkan sudah bisa bermain di Liga Primer Indonesia (LPI) akhir pekan ini. Mengoleksi satu cap bersama Inggris, Hendrie kemudian dilepas Bradford City yang berkompetisi di divisi tiga Inggris.

Saya bangga mendapatkan kesempatan ini, kata Hendrie yang belum pernah bermain di luar Inggris. Tak cuma Hendrie dan Bandung, Daily Mail yang merupakan salah satu harian terpandang di Inggris juga mengupas tentang LPI.

Belum tahu tentang carut marutnya sepakbola di negeri ini memang, tapi setidaknya warga Inggris jadi tahu LPI merupakan liga alternatif di Indonesia. Daily Mail juga menguas tentang keberadaan LPI sebagai liga profesional yang didukung Kementerian Pemuda dan Olahraga, namun ditentang PSSI selaku asosiasi sepakbola Tanah Air.

Keberadaan LPI sebagai liga reformasi juga diulas dan diimbuhi dukungan raja minyak Arifin Panigoro. Yang lebih menarik, Daily Mail mengakui masyarakat Indonesia yang gila bola meski peringkat tim nasionalnya hanya berada di urutan 126 dalam peringkat FIFA.

Liga sepakbola di negara kepulauan ini pernah diramaikan Mario Kempes dan Roger Milla juga menjadi kredit tersendiri. Semoga saja persepakbolaan Tanah Air bisa menyita perhatian dunia. Tentunya warta positif dan mengharumkan nama bangsa.

(DIM/Daily Mail)
id.news.yahoo.com


Mantan Pemain Timnas Inggris Siap Ramaikan LPI


Lee Hendrie saat memperkuat Bradford City melawan 
Northampton Town, 25 September 2010

Bandung FC segera mendatangkan kembali seorang pemain asing. Tim berjuluk Laskar Siliwangi bakal mendaratkan Lee Hendrie, mantan pemain timnas Inggris yang sempat bersinar bersama Aston Villa.

Hendrie merupakan pemain Villa yang bersinar di era 90an sampai pertengahan pertengahan dekade ini. Gelandang yang kini berusia 33 tahun itu telah membela The Villans selama 12 tahun dari 1995-2007 meskipun sempat dipinjamkan ke beberapa klub.

Dari 251 kali penampilannya, Hendrie telah menyumbagkan 27 gol. Pemain muda terbaik Villa pada 1997-98 itu turut mengantarkan timnya menyabet Piala Intertoto 2001 dan runner-up Piala FA 2000.

Setelah kehilangan tempatnya pada 2006, Hendrie hijrah ke klub kecil semacam Sheffield United dan Derby County. Namun karirnya terhambat cedera panjang sehingga dipinjamkan ke sejumlah klub.

Pada awal 2010, Hendri digaet Bradford City dan menghabiskan semusim dengan klub League Two itu. Sebelum akhirnya berstatus free agent karena sang klub tidak memperpanjang kontraknya.

Hendrie juga tercatat mantan pemain timnas Inggris U-21 dengan sumbangan lima gol dari 12 laga. Ia masuk skuad utama Inggris dengan menjadi pemain pengganti ketika menghadapi Republik Ceko di friendly match pada 1998.

CEO Bandung FC, M. Kusnaeni mengakui Hendrie bersedia bermain untuk timnya dan dijadwalkan akan tiba di Jakarta malam ini, Selasa (25/1/2011) pada pukul 21.00 WIB. Sedangkan deal akan dirampungkan pada keesokan harinya, Rabu (26/1).

"Kami akan melakukan penjemputan Hendrie yang akan tiba sekiranya pukul sembilan malam di Bandara Soekarno-Hatta," ujar dia kepada Detiksport melalui sambungan telepon.Finalisasi deal akan dirampungkan besok.

Kusnaeni menambahkan bahwa Hendrie akan dikontrak selama setahun. Meski belum tentu langsung main, ia memastikan Hendrie akan dibawa saat Bandung FC bertandang ke Solo FC akhir pekan ini.

"(Dikontrak) setahun dulu lah. Kita kan harus liat segala aspek yang dibawa dia, termasuk aspek ekonomi, nilai bisnisnya juga," sambung pria yang kerap disapa Bung Kus itu.

"Kita akan bawa dia saat Bandung FC main di LPI di Solo (melawan Solo FC). Ya, untuk perkenalan saja," tukasnya sambil menutup pembicaraan.
 

 

Hendrie Dikontrak Bandung FC Selama 2 Tahun 


 
 
 
Lee Hendrie telah resmi bergabung Bandung FC. Mantan pemain Aston Villa dan timnas Inggris itu diikat dengan kontrak berdurasi dua tahun.

Diberitakan sebelumnya Bandung FC berencana untuk mengontrak Hendrie selama setahun. Namun dalam pembicaraan kesepakatan pada hari ini Rabu (26/1/2011), Hendrie akhirnya dikontrak selama dua tahun.

Hal itu diungkapkan oleh CEO Bandung FC M. Kusnaeni. Ia juga mengatakan bahwa kontrak tersebut tidak menutup kemungkinan untuk diperpanjang.

"Lee Hendrie dikontrak 2 tahun di Bandung FC dan tidak menutup kemungkinan untuk diperpanjang," ujar pria yang kerap disapa Bung Kus itu dikutip dari akun Twitter resmi Bandung FC @BFCofficial.

Bung Kus sempat merasa khawatir jika Hendrie nantinya tidak puas dengan fasilitas yang dimiliki klubnya. Namun ia mengklaim kalau sang pemain tidak ada masalah dengan itu dan malah akan memberi masukan.

"Satu kekhawatiran saya selama ini adalah kita tidak punya fasilitas latihan yang memadai," imbuh dia.

"Saya juga mengatakan hal tersebut kepada Lee sebelum datang kesini. Namun dia mengatakan akan melihat dan akan memberi masukan. Kalau untuk hal-hal lain dia tidak masalah, dia bukan tipe pemain yang rewel.

Hendrie akan mengenakan jersey nomor 10. Meskipun belum tentu dimainkan, pemain berusia 33 tahun itu akan dibawa dalam lawatan Bandung FC ke markas Solo FC dalam laga LPI akhir pekan ini.
 
Sumber: detiksport.com

Nirwan Bakrie: Wasit Memang Agak Rawan



FIGUR sentral Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) bukanlah Nurdin Halid. Meski resminya hanya menjabat wakil ketua umum, pengusaha Nirwan Dermawan Bakrie, 59 tahun, yang banyak berperan pada induk organisasi sepak bola Indonesia itu. Tangannya ada di mana-mana: Badan Tim Nasional, PT Liga Indonesia, sampai Yayasan Sepak Bola Indonesia When I'm 64. Yayasan ini sedang membangun kompleks Akademi Sepak Bola di lahan 25 hektare milik keluarga Bakrie, di Jonggol, Jawa Barat.

Nurdin mengakui peran besar Nirwan dan keluarganya. Ketika lolos ke final Piala Federasi Sepak Bola ASEAN, Desember lalu, tim nasional khusus berkunjung ke rumah kakak Nirwan, Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie. "PSSI berterima kasih atas segala sumbangsih luar biasa keluarga Bakrie untuk kami," kata Nurdin ketika itu.

Bukan sekadar pengurus elite PSSI, Nirwan pun diduga mendukung Arema, klub asal Malang peserta Liga Super Indonesia. Pada musim kompetisi 2009-2010, tim itu pun menjadi juara liga. Jumat pekan lalu, selama hampir dua jam, Nirwan melayani wawancara wartawan Tempo Rofiqi Hasan, di Bakrie Estate, vila pribadi yang asri, tepat di tengah kompleks Hotel Pan Pacific Nirwana Bali Resort miliknya. Hiruk-pikuk Kongres PSSI sama sekali tidak merisaukan dia.



Praktek suap marak di Liga Super Indonesia?
Semua diawasi Komisi Disiplin. Tapi memang susah mengatur soal suap, karena sulit dibuktikan. Kadang terdengar tapi tidak tahu lagi. Tapi saya lihat, kalau suap antarpemain lebih sedikit, karena tanggung jawab mereka ke klub cukup berat. Nah, kalau wasit memang agak rawan, karena mereka bisa mempengaruhi pertandingan. Ini bisa kelihatan dari adil-tidaknya dia memimpin. Itu kita evaluasi.

Ada informasi petinggi PSSI punya klub-klub tertentu yang "dikawal" khusus?
Kalau niatnya membela bekas klub, bisa saja. Tapi, kalau wasit dan Komisi Disiplin tegas, tidak akan ada masalah.

Anda ikut membiayai dan mengawal klub Arema Indonesia sampai jadi juara Liga Super musim lalu?
Saya dengar itu. Tapi itu tidak benar. Saya memang punya perusahaan di Malang yang menjadi sponsor Arema. Jumlahnya juga kecil, hanya 5 persen dari puluhan miliar kebutuhan Arema. Jadi tidak masuk ke manajemen. Bukan saya yang mem-back up Arema. Kalau kepemilikan, saya hanya punya Pelita Jaya.

Waktu PT Bentoel meninggalkan Arema, Anda memang diminta membantu?
Waktu itu Badan Liga Indonesia yang mencarikan sponsor. Yang mengikat kontrak, ya, klub itu. Pak Andi (Andi Darussalam Tabusalla, Presiden Direktur PT Liga Indonesia) membantu Arema bukan sebagai orang dekat saya, tapi sebagai Direktur Badan Liga.

Tapi, dengan adanya dukungan Anda dan Andi Darussalam, klub lawan dan wasit jadi segan mencurangi Arema....
Tidak ada itu. Itu saya dengar juga. Termasuk soal jadi juara itu, ya. Arema hanya bisa juara kalau dia menang terus. Kualitas mereka memang bagus.

Klub milik Anda, Pelita Jaya, kabarnya juga "diselamatkan" dari degradasi dengan mengorbankan Persebaya?
Saya dengar itu. Saya sih gampang saja, waktu itu saya minta Pelita menang terus, supaya bisa playoff. Saya tidak bisa memaksa satu tim menang atau kalah. Tidak boleh. Apalagi semua anggota PSSI. Saya dengar semua isu itu. Saya sih tidak terlalu memikirkan. Asal tak melanggar peraturan, saya jalan terus saja.

Banyak orang ingin Nurdin Halid turun dari kursi Ketua Umum PSSI....
Coba lihat prestasi dia. Soal bekas narapidana, peraturan FIFA membolehkan. Apalagi anggota tetap memilih dia. Kalau soal tak disukai, semua Ketua Umum PSSI pernah diminta turun di tengah jalan.

Anda tidak mau jadi ketua umum?
Itu butuh kehadiran fisik 24 jam sehari. Kalau di negara lain, ada acara, ketua umum bisa diwakili. Di sini tidak bisa. Tapi saya siap membantu semuanya.

Sumber: tempointeraktif

Aneka Akting Lapangan Rumput (2)



Di Divisi Utama dan Liga Super, suap minimal Rp 25 juta per pemain. Kongkalikong lebih sulit dilakukan di level ini. "Sebab, banyak sorotan media, mereka menjadi selektif," katanya. Para calo mendapat jatah 20-30 persen dari nilai suap, dibayar tunai, tak pernah transfer. Pembayaran 10 persen di muka, dan sisanya setelah klub "pengguna jasa" menang.

Pengurus klub tak memberikan arahan detail urusan akrobatik yang harus dilakukan pemain. "Mereka paham situasi," katanya. Ada seribu cara membuat pertandingan kacau demi menguntungkan klub yang bayar.
Berpura-pura dan marah paling mudah dilakukan. Aksi ini membuat pemain diganjar kartu atau menaikkan emosi dan menurunkan semangat tim. Modus lain yang paling sering dilakukan adalah bermain kasar di daerah penalti sendiri. Bisa juga pura-pura tak mampu membendung bola lawan.

Ada trik sejak 1980-an yang masih dipakai para penjaga gawang "bayaran" hingga sekarang. Kiper menyatukan telunjuk dan jari tengah dalam satu lubang jari sarung. Lalu jari manis disatukan dengan kelingking, juga di satu lubang. Alhasil, dua lubang jari sarung kosong. Tentu saja, bola gampang lolos dari tangkapan. Setelah kebobolan, kiper akan segera pasang tampang kesal dan kecewa. Ia melepas dan membuang sarung tangannya.

Beberapa pemain asing pun bisa dibeli. Nilai kontrak para pemain asing tak berbeda dengan pemain lokal kelas menengah ke bawah. Sebagian mendapat bayaran sekitar Rp 150 juta setahun. Selain pas-pasan, pembayarannya pun tak sesuai dengan kontrak.

Pemain asing asal Paraguay, Roberto Acosta, saat bermain di Deltras pada 2008 mengeluhkan 25 persen atau Rp 50 juta sisa kontrak belum dilunasi menjelang kontrak berakhir. Padahal 25 persen dari kontrak biasa diterima di awal kompetisi dan 75 persen diterima tiap bulan sebagai gaji.

Mantan General Manager Deltras George Handiwiyanto saat serah-terima kepengurusan menerima banyak sekali keluhan pemain asing. Menurut George, ada pemain yang dikontrak Rp 100 juta dan hanya menerima setengahnya. "Separuhnya dinikmati agen dan oknum pengurus klub, itu masuk kantong pribadi," kata George.

Hal senada diungkapkan mantan Manajer Persitara, Harry Ruswanto. Pemotongan kontrak pemain asing biasa dilakukan. Kalau pemain berkeberatan kontraknya dipotong, angka dalam kontrak dinaikkan. Bila harga pemain Rp 200 juta, kontrak yang tertera Rp 300 juta. Sisanya Rp 100 juta untuk kepentingan agen dan pengurus.

George sempat melaporkan masalah kontrak dan pertanggungjawaban keuangan yang tak beres di Deltras. Namun penyelidikan Kejaksaan Negeri Sidoarjo menguap. "Kasus ini sudah selesai, saya tidak ingin ada apa-apa lagi pada diri saya," ujar George. Soal kasus kontrak, Roberto yang sekarang bermain untuk klub di Vietnam tak memberikan jawaban atas konfirmasi Tempo lewat surat elektronik.

Tak semua pemain asing kaya mendadak setelah dikontrak klub di Indonesia. Mereka pun bersedia menerima "penghasilan tambahan". Menurut seorang pengurus klub, pemain asing dapat dihubungi lewat para agen. "Biasanya agen enggak enak menolak permintaan klub," katanya.

Klub menghubungi agen bila lawan mainnya memiliki pemain dari agen yang sama. Selain itu, kedua pemain asing tersebut berasal dari negara yang sama. "Mereka sulit diawasi, apalagi bila menggunakan bahasa asing yang tak dikenal," katanya.

Sub-agen yang banyak mengorbitkan pemain asing kelas menengah, Julian Baros, membantah tuduhan itu. "Tak pernah ada yang menawari saya cara seperti itu," katanya. Agen senior Eko Soebekti juga mengatakan tidak ada permainan seperti itu.

Sumber: tempointeraktif.com

Aneka Akting Lapangan Rumput (1)



Sepak bola lekat dengan jalan hidup Vigit Waluyo. Ayahnya, H M. Mislan, merupakan tokoh legendaris pendiri klub Delta Putra Sidoarjo-disingkat Deltras. Kini ia pun menjadi figur penting dalam persepakbolaan Jawa Timur. Selain memimpin pengurus Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia Jawa Timur, ia mengelola sejumlah klub "binaan".

Vigit menangani antara lain Persikubar Kutai Barat, Mojokerto Putra, Mitra Kutai Kartanegara, dan Deltras Sidoarjo. Ia juga menangani Persiwangi Banyuwangi dan menjadi Manajer PSIR Rembang. Dengan posisinya, ia tak kesulitan ketika menangani Persebaya Surabaya, yang pengurus lama klubnya bergabung ke Liga Primer Indonesia dan berganti nama menjadi Persebaya 1927. Ia segera memboyong para pemain dan pelatih Persikubar ke Surabaya.

Para pemain di klub binaan Vigit rata-rata berusia tua buat ukuran sepak bola. Tapi bukan sekadar teknis yang dituntut. Mereka jagoan "nonteknis", istilah yang sering dipakai buat menyebut urusan menyuap wasit dan pemain. "Dia punya puluhan pemain sepak bola, yang selalu mengikutinya ke mana pun," kata seorang pemasok pemain asal Jawa Timur.

Vigit siap "menangani" klub bergantung pada dana yang ditawarkan. Satu klub sepak bola di Jawa Timur pernah meminta bantuannya dengan tawaran Rp 10 miliar. "Saya tidak mau menanggapi tuduhan macam-macam," katanya ketika dimintai konfirmasi soal suap-menyuap. "Kalau memang materi pemain dan pelatihnya bagus, pasti menang."

Pemain merupakan unsur penting dalam patgulipat pengaturan hasil pertandingan. Bagaimana caranya? Kejadian Agustus tahun lalu ini bisa menjadi contoh. Ketika itu, lima orang pemain Persis Solo-Nova Zaenal Muttaqin, Haryadi, Eko Kancil, Andry, dan Tommy Haryanto-dihubungi nomor tak dikenal yang mengaku Manajer Persiku Kudus. Penelepon meminta mereka tak tampil pada laga playoff Divisi Utama di antara kedua klub di Stadion Jatidiri, Semarang.

Mereka diimingi uang setara dengan sisa gaji yang belum mereka terima dari Persis. Mereka juga akan direkrut ke Persiku pada musim selanjutnya. "Kami tak tahu apakah itu benar Manajer Persiku Kudus atau bukan. Saat kami coba hubungi balik, nomornya tak aktif," kata Nova, gelandang serang yang kini bergabung ke PSIM Yogyakarta.

Seorang pengurus klub yang biasa menjalankan trik "membeli" pemain mengatakan operasi selalu dilakukan rapi dan tanpa jejak. Tawaran tak pernah disampaikan melalui SMS. "Kalaupun perlu menelepon, akan menggunakan nomor yang tak akan dipakai lagi," katanya. Modus ini yang dipakai buat mendekati lima pemain Persis.

Menurut pengurus itu, trik "membeli" pemain membantu timnya melaju ke Liga Super. Selama bertarung di Divisi II pada 2002 hingga lolos Divisi Utama pada 2008, klubnya memanfaatkan jasa para calo penghubung beberapa pemain yang bisa "dibeli". Klub juga memelihara "tim buser wasit", kelompok wasit yang dapat disuap. "Ini cara kami berjuang dalam sistem yang kotor," katanya.

Permainan gelap ini banyak dilakukan lewat perantara yang merangkap sub-agen, yang menawarkan transfer pemain ke klub tapi tak mengantongi lisensi. "Mereka memiliki lobi dan jaringan kuat dengan para pemain," kata sumber yang sama.

Permainan kotor melibatkan tiga-lima pemain, yang menerima suap Rp 5-25 juta per pemain pada kompetisi Divisi 1 dan 2. Pada tingkat divisi ini, gaji para pemain sering terlambat. Klub yang mengandalkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah terikat sistem keuangan daerah yang pencairannya pada bulan tertentu.

Sumber: tempointeraktif.com

Uang Aman Pemimpin Lapangan

 
 
MATAHARI baru tergelincir ketika Sigit Wido keluar dari Hotel Mirah, Bogor. Ditemani seorang rekan, Wakil Sekretaris Umum Persatuan Sepak Bola Palangkaraya itu meluncur ke pusat keramaian di sisi utara kota. Kurang dari seperempat jam, taksi Bluebird mereka sampai di sebuah mal. Temannya menghubungi satu nomor, lalu mereka masuk ke tempat perniagaan itu.
 
Di antara etalase toko, dua pejabat klub sepak bola Persepar itu melihat tiga orang. Satu di antaranya memiliki ciri yang disebut penerima telepon: berpakaian gelap dan bersandal Adidas. Dialah Suwandi, wasit yang akan memimpin pertandingan Persepar melawan PSB Bogor, esok harinya. Dua lainnya hakim garis buat pertandingan yang sama. Mereka lalu saling menyapa, sebisa mungkin tak menarik perhatian orang lain. Kembali menyusuri selasar mal, iringan kecil ini menuju tempat sayur dan buah, lalu berhenti di pajangan pakaian.
 
Sigit mengambil tiga jas dan membayar di kasir. Rekannya memasukkan buntelan plastik berisi Rp 12 juta ke busana berlengan panjang itu, lalu menyerahkannya ke Suwandi. Sang wasit pun berjanji, pertandingan esok hari akan "lancar". "Kami bertemu ekstra-hati-hati agar tak ketahuan lawan," kata Sigit, mengenang peristiwa awal Juli 2008 itu.
 
Menurut Sigit, uang pelicin disodorkan agar wasit berlaku netral. Syukur-syukur wasit berpihak buat timnya. Tentu saja, karena bermain tandang, Sigit mendekati wasit dengan diam-diam. Kalau sampai tim lawan memergoki mereka, urusannya bisa berabe.
 
Esok harinya, klub dari Kalimantan Tengah itu dapat menahan gempuran tuan rumah. Pertandingan di Stadion Pajajaran yang disaksikan ratusan penonton itu berakhir seri, 0-0. Hasil ini membuat Persepar bertahan di papan atas klasemen Divisi I Liga Indonesia.
 
Sejumlah pemain PSB Bogor tak terima. Wasit dianggap tidak adil, banyak membuat keputusan yang menguntungkan tim tamu. Wasit Suwandi dan dua asistennya dipukuli. Para pemain Persepar tak berani ke luar stadion. Beruntung, polisi dapat mencegah amuk lebih besar. Mendapat pengawalan ketat, akhirnya pemain Persepar bisa ke luar lapangan dua jam kemudian.
 
Kepada Tempo, Jumat pekan lalu, Suwandi menyangkal menerima uang dari Persepar. "Saya memang ke mal waktu itu, tapi shopping saja, beli-beli celana, kaus," katanya.
 
KLUB bola Palangkaraya itu masuk Divisi I Liga Indonesia sejak 2007. Hingga kompetisi tahun lalu, Sigit mengatakan kerap menyelipkan suap. Menurut dia, tim yang hebat bukan jaminan bisa bertengger di peringkat atas. Karena itu, perlu "jalur lain" buat mengamankannya. Penyuapan wasit, kata Sigit, lazim dilakukan hampir semua klub-dari Liga Super hingga divisi paling bawah. "Kalau tidak, jangan harap bisa menang," ujarnya.
 
Suap diperlukan agar wasit tidak asal cabut kartu atau menunjuk titik penalti yang menguntungkan lawan. Dari semua pertandingan di kandang pada musim lalu, Persepar tak pernah kalah dan hanya sekali seri. Ketika bertandang, mereka juga jarang pulang dengan tangan hampa. Sebagian besar berakhir imbang.
 
Cerita suap ini tersebar di beberapa klub. Ilham Arief Siradjuddin, Ketua Umum PSM Makassar, menyatakan wasit perlu "didekati dengan baik". Manajer klub harus menjamu ekstra pemimpin pertandingan itu. "Terkait dengan 'kesejahteraan'," katanya.
 
Bila hal itu tidak dilakukan, wasit sering bertingkah aneh dan kerap merugikan klubnya. Dia memberikan contoh pertandingan PSM Makassar melawan Semen Padang FC pada Sabtu, akhir November tahun lalu. Wasit Aeng Suarlan membatalkan gol Andi Oddang pada menit ke-37. Aeng menganggap Andi lebih dulu terperangkap offside.
Pendukung PSM jengkel. Amarah suporter makin tersulut ketika pada menit ke-70 tangan Park Chul-hyung, pemain belakang Semen Padang FC, menyentuh bola di dekat gawang. Alih-alih memberikan tendangan penalti buat tuan rumah, Aeng Suarlan tak meniup sempritannya. Penonton melempar botol minuman ke lapangan. Kerusuhan pecah. Puluhan fan PSM dari tribun utara masuk ke lapangan, mendobrak terali pembatas sekitar empat meter.

Sumber: tempointeraktif.com

Dana Ajaib Raja Penalti


Lelaki yang biasanya garang di tepi lapangan itu tertunduk lesu ketika jaksa membacakan tuntutan di Pengadilan Negeri Samarinda, Kalimantan Timur. Rabu pekan lalu, mengenakan hem biru dipadu celana gelap, Aidil Fitri sesekali mengusap dahi, meski tidak ada keringat di keningnya. Senyumnya kecut.

Sejak pertengahan tahun lalu, lelaki gempal itu duduk di kursi terdakwa. Dipimpin oleh ketua majelis hakim Parulian Lumbantoruan, bekas manajer kesebelasan Persisam Putra Samarinda ini didakwa menyelewengkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Rp 1,784 miliar.

Sore itu, jaksa penuntut umum Andi Dahreen menuntutnya dua tahun penjara. Lelaki 46 tahun kelahiran Balikpapan ini juga harus mengembalikan dana Rp 1,784 miliar-sebulan setelah putusan berkekuatan hukum tetap. Seusai sidang, Aidil berucap, "Saya akan menerima apa pun keputusan hakim."

Perkara Aidil hanyalah satu dari banyak perkara serupa, yakni korupsi dana APBD sepak bola. Kasus ini bermula ketika Persisam berlaga di Divisi Utama 2007-2008. Ketika itu, Persisam menerima kucuran dana dari Pemerintah Kota Samarinda Rp 12 miliar. Tahun berikutnya, klub yang dijuluki Elang Borneo itu disuntik Rp 25 miliar. Seluruh aliran duit tadi buat menopang kegiatan Persisam selama mengikuti kompetisi Divisi Utama. Nyatanya, fulus bocor di mana-mana.

Aidil-bekas Ketua Pemuda Pancasila dan Ketua Dewan Perwakilan Cabang Partai Patriot-merekayasa nilai kontrak pemain dan pelatih. "Rata-rata digelembungkan Rp 50-100 juta per orang," kata Arna Effendi, bekas sekretaris tim Persisam, yang juga menjadi tersangka dalam kasus ini.

Bekas pelatih Persisam, Eddy Simon Badawi, misalnya, meneken kontrak Rp 325 juta per tahun pada akhir 2008. Faktanya, duit yang diterimanya cuma Rp 225 juta. Begitu pula mantan pemain Persisam, Victor Simon, yang dikontrak Rp 275 juta per musim, tapi hanya menerima Rp 175 juta. Bahkan bekas pemain Persisam, Puji Listiono, dalam berita acara pemeriksaan mengaku pernah menandatangani kuitansi kosong.
Arna Effendi mengatakan kontrak pemain dan pelatih dibuat rangkap. Begitu pula dengan laporan keuangan: ada yang asli, ada yang fiktif dengan kuitansi palsu.

Menurut Andi Dahreen, selisih duit yang digelembungkan ada yang masuk kantong sejumlah anggota Dewan Samarinda yang meninjau pusat pelatihan Persisam di Solo pada Januari 2008. Ada pula yang masuk kantong Aidil-di antaranya untuk membeli cincin dan mobil Suzuki Swift keluaran 2008 serta membayar uang muka rumah.

Sisanya dikuras untuk melayani pengurus pusat PSSI yang berkunjung ke Samarinda dan menyediakan aneka rupa servis buat wasit saat bertanding di kandang. Maklum, Aidil ketika itu masih menjadi Ketua PSSI Samarinda. Hasilnya, entah kebetulan entah tidak, selama 15 kali bertanding di kandang, Persisam diberi hadiah penalti 20 kali oleh wasit. Maka juara Divisi Utama musim 2008-2009 ini dijuluki Raja Penalti.

Semrawutnya pengelolaan keuangan klub bukan cuma milik Persisam-yang setelah musim 2008-2009 promosi ke Liga Super Indonesia. Buktinya, minim sekali kesebelasan di Indonesia yang punya laporan keuangan yang diaudit berkala. Hal ini terungkap dari hasil uji tuntas keuangan yang dilakukan auditor internasional terhadap 16 klub sepak bola di Tanah Air yang berlaga di Liga Super dan divisi di bawahnya sepanjang 2009-2010.

Laporan keuangan mereka tidak memenuhi standar akuntansi, sekadar pakai program Microsoft Excel yang bisa dihapus dan diubah siapa saja sehingga kesahihannya diragukan. Laporan keuangan PSMS Medan dan Arema Indonesia masuk kategori ini.

Situasi ini diperparah oleh perubahan manajemen klub yang tidak diikuti pengalihan pembukuan dan pelaporan administrasi ke manajemen baru. Klub-klub yang bertanding di liga naungan PSSI itu juga tidak punya code of conduct dan prosedur operasional standar. "Bahkan ada orang yang punya otoritas tapi tidak masuk struktur."

Orang-orang seperti inilah, kata sejumlah praktisi yang malang-melintang di dunia bola, yang kerap mengawal dan menjanjikan klub meraih kemenangan. Tentu saja tidak gratis. Itu sebabnya, banyak fulus berceceran, yang pemakaiannya sulit dipertanggungjawabkan-istilahnya "biaya-biaya nonteknis".
Dari 16 klub yang ditelisik, cuma empat kesebelasan yang berbadan hukum. Dari empat klub itu, cuma Arema dan Persebaya yang memiliki nomor pokok wajib pajak. Tidak mengherankan bila klub-klub sepak bola ini tidak pernah membayar pajak.

Bahkan ada klub yang sudah berbadan hukum justru dibubarkan demi memperoleh dana APBD. Ini terjadi pada PT Delta Putra Sidoarjo-badan hukum Deltras Sidoarjo-yang dibubarkan tiga tahun lalu. Manajemen klub ini dikuasai oleh keluarga Vigit Waluyo.

Di klub ini, dana dari pemerintah kabupaten-melalui Komite Olahraga Nasional Indonesia daerah-masuk rekening pribadi Vigit. Penarikan uang hanya dilakukan oleh Vigit dan Ayu Sartika Virianti, anak Vigit yang juga menjadi manajer tim. Tidak ada rekening bank atas nama Deltras, juga tidak ada laporan keuangan. Ditemui di Surabaya awal bulan ini, Vigit menyanggah semua informasi itu. "Saya tidak mau menanggapi tuduhan macam-macam," kata Ketua PSSI Jawa Timur itu.

Nah, pemakaian yang tidak jelas juntrungannya itu memang sebagian besar berasal dari dana APBD. Dari uji tuntas tadi terlihat, lebih dari separuh pendapatan klub ditopang oleh anggaran pemerintah daerah-kecuali Persib, Semen Padang, dan Arema. Dari situ, 60-70 persen dikeluarkan buat belanja pemain, yang tidak jarang digelembungkan, seperti kasus Aidil. Sisanya buat kebutuhan klub sehari-hari. Sementara itu, pemasukan dari Badan Liga Indonesia dan PSSI tidak signifikan.

Ironisnya, setelah kenyang makan duit rakyat bertahun-tahun, klub-klub ini selalu mengalami defisit di akhir kompetisi. Deltras, misalnya, defisit Rp 946 juta di akhir Liga Super 2009-2010.

Menurut Apung Widadi, peneliti Indonesia Corruption Watch, kucuran dana dari pemerintah daerah ini juga rawan dipolitisasi pejabat daerah, yang biasanya menjadi pengurus teras klub. Itu sebabnya, tidak sedikit politikus daerah yang mati-matian memperjuangkan agar klub menerima suntikan dana dari pemerintah daerah. "Dengan harapan, prestasi yang dicapai klub bisa mendongkrak popularitas," kata sejumlah manajer yang ditemui Tempo.

Buktinya, banyak pengurus klub yang kemudian sukses dalam pemilihan kepala daerah. Bambang D.H., ketika itu Ketua Umum Persebaya, misalnya, sukses menjadi Wali Kota Surabaya pada 2005 setelah setahun sebelumnya klub itu menjuarai Liga Indonesia. Jhon Richard Banua tiga tahun lalu berhasil menjadi Wakil Bupati Jayawijaya setelah menjadi Manajer Persiwa Wamena. "Melalui bola mereka bisa mencari suara," kata Harry Ruswanto, bekas Manajer Persitara, yang pernah dilamar oleh beberapa partai politik untuk menjadi anggota Dewan.

Menurut Subardi, anggota Komite Eksekutif PSSI, pemakaian dana publik itu sah-sah saja, asalkan bisa dipertanggungjawabkan. Ia tidak setuju bila dana APBD dihapus begitu saja. "Nilainya masih belum seberapa karena sepak bola merupakan hiburan rakyat yang bisa mempersatukan bangsa," kata anggota Dewan Perwakilan Daerah dari Daerah Istimewa Yogyakarta periode 2004-2009 ini.

Seorang manajer klub mengatakan dana anggaran daerah sudah menjadi candu buat para pegiat bola. Padahal haram hukumnya buat perusahaan terbuka menerima dana tersebut. Agar bisa menerima kucuran dana, perusahaan terbuka menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah membentuk klub. Lalu anggaran disalurkan ke klub tadi melalui KONI daerah. "Ini cara paling baik untuk melakukan manipulasi," katanya.
Status perusahaan terbuka itu, kata dia, cuma formalitas agar klub bisa berlaga di liga profesional. Toh, PSSI tidak pernah mau tahu sumber dana klub.

Sumber: tempointeraktif.com

Buntut Investigasi Tempo, PSSI Minta Bantuan Kepolisian RI

 
Cover Majalah Tempo
 
TEMPO Interaktif, Jakarta - Ketua Umum Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI), Nurdin Halid, berterima kasih pada Majalah Tempo terkait hasil investigasinya yang dimuat di edisi 24-30 Januari 2011. Terkait hal itu, PSSI membentuk tim pengacara. Pengacara PSSI itu bukan bertugas menuntut Majalah Tempo, tapi meminta Markas Besar Kepolisian RI untuk menyelidiki hasil investigasi Tempo.

"Bukan Tempo yang kita adukan. Kami minta bantuan ke Mabes Polri untuk menyelidiki hasil investigasi. Kami bukan membuat laporan pidana," kata Nurdin saat jumpa pers di kantornya, Rabu (26/1) petang.

Nurdin mengklaim selama ini PSSI telah bekerja keras melalui Satuan Tugas PSSI membongkar kasus suap sejak tahun 2008. Namun, menurutnya, tim yang dibentuknya itu masih kesulitan membongkar adanya praktek-praktek tersebut. "Sampai saat ini pengurus PSSI hanya mendengar teriakan (suap) itu, tapi belum ada seorang pun lapor ke PSSI," kata politikus kelahiran Sulawesi Selatan pada 1958 ini.

Untuk itu, Nurdin melanjutkan, PSSI meminta Mabes Polri menyelidiki kasus tersebut. "Sekaligus ingin membuktikan pada masyarakat Indonesia PSSI serius. Kami meminta Mabes Polri karena mereka mempunyai kemampuan lebih," katanya.

Tim pengacara bentukan PSSI akan ke Mabes Polri, Senin pekan depan. Sehari sebelum tim pengacara menemui Mabes Polri, Nurdin akan mengumumkan anggota tim tersebut. Setelah menyiapkan semuanya, Nurdin melanjutkan, mereka akan menjelaskannya.

Nurdin mengomentari sampul Majalah Tempo yang bergambar kaos tim nasional Merah bertulis KORUPSSI Priiiit...! Banyak sandiwara di lapangan bola. "Cover mengerikan bukan main, tapi isinya tidak sesuai," kata Nurdin yang mengaku telah membaca ke-15 halaman Tempo yang memuat tulisan investigasi.

"Saya ingin mengetahui kebenarannya," tambah Nurdin. Apabila penyelidikan Mabes Polri tidak menemukan apa yang ditulis Tempo, Nurdin mengaku belum tahu tindakan PSSI selanjutnya. "Nanti tindak lanjut dari pengacara, saya belum bisa berandai-andai," ungkapnya.

Penanggung jawab tim investigasi Majalah Tempo, Arif Zulkifli, menanggapi positif langkah PSSI. "Tempo dengan investigasi itu tengah menjalankan kewajiban sebagai media karena bagaimana pun ada kepentingan publik dalam isu PSSI. Jika ada pihak lain yang akan melanjutkan investigasi, tentu saja kami akan terbuka dan memberikan aspirasi," kata Penanggung Jawab Redaktur Eksekutif Majalah Tempo tersebut.

Sumber: tempointeraktif.com

Garuda Pelipur Lara


Cinta itu buta. Dikalahkan telak 3-0 oleh tim nasional Malaysia, para suporter tim sepak bola Indonesia, yang khusus terbang ke Bukit Jalil, Kuala Lumpur, buat mendukung kesebelasan pujaannya, tidak lantas kecewa dan patah hati. 

Ahad malam pekan lalu, kurang-lebih satu jam setelah pertandingan, suasana murung meliputi interior shuttle bus berwarna putih yang membawa para pemain. Wajah mereka tertunduk, masing-masing terbenam dalam pikir-annya. Di dalam bus, hanya Oktavianus Maniani yang kelihatan membalas lambaian para fan. Tapi di luar sana suasana berbanding terbalik. Para suporter bergerombol di depan bus yang mulai bergerak lambat, seraya meneriakkan yel-yel, mengibarkan merah-putih, membentangkan spanduk pujian dan pembangkit semangat, serta menyanyikan Garuda di Dadaku. Beberapa kali bus yang dikawal dua voorrijder itu harus berhenti. 

Kebobolan tiga gol tanpa balas dalam jangka 12 menit di babak kedua membuat keder para pemain, yang pada lima laga sebelumnya selalu menang. "Di ruang ganti stadion, mereka terlihat amat terpukul," ujar Iman Arif, Deputi Bidang Teknik Badan Tim Nasional. Dan rupanya kisah tragis ini tak berakhir di situ. Kemurungan yang sama terjadi tiga hari kemudian, di ruang ganti Senayan. Kali ini kapten tim Firman Utina tampak berkaca-kaca. Pemain yang masih didera cedera lutut ini gagal menceploskan bola dari titik penalti di laga Senayan. 

Indonesia akhirnya menang 2-1, tapi keunggulan itu tak cukup buat menutupi defisit gol di Kuala Lumpur. Empat kali masuk final, empat kali pula tim nasional Indonesia menempati posisi runner-up. Tapi kali ini berbeda. Meski gagal merebut gelar juara, penampilan tim nasional di Piala Suzuki AFF (Federasi Sepak Bola ASEAN) membangkitkan gairah pencinta sepak bola Tanah Air. Setelah Indonesia mengempaskan Laos dan Malaysia masing-masing 6-0 dan 5-1, Stadion Utama Gelora Bung Karno selalu dipadati penonton, tak terkecuali para pesohor dunia hiburan dan pejabat negara. Para pemain, bahkan pelatih dan jajaran asisten tim, mendadak bak selebritas, dimintai tanda tangan, foto bersama, dan ditemui petinggi negeri. 

Seusai pembubaran tim, Kamis pekan lalu, lobi Hotel Sultan tempat pasukan Garuda menginap dipenuhi ratus-an orang yang ingin melihat para pemain meninggalkan hotel. Sebagian beruntung bisa menyapa dan berfoto bersama anggota tim yang berkumpul di restoran yang berada satu lantai di bawah lobi. Semua seakan jatuh cinta pada penampilan tim nasional dalam tujuh pertandingan kemarin dan sepakat: era baru sepak bola Indonesia telah dimulai.

Desember 2009, sepak bola Indonesia berada di titik nadir. Inilah prestasi terburuk yang pernah dicatat tim nasional Indonesia: juru kunci penyisih-an grup SEA Games 2009. Yang menyedihkan, tim asuhan pelatih Benny Dollo ini takluk 0-2 oleh tuan rumah Laos, tim anak bawang yang bersama Kamboja selalu menjadi lumbung gol di Asia Tenggara. Kemenangan Laos-yang mencapai semifinal setelah menjadi juara grup disebut-sebut sebagai buah disiplin yang diterapkan pelatih barunya, Alfred Riedl.

Seusai pertandingan memilukan itu, manajer tim Indonesia, Andi Darussalam, sempat berbincang dengan Riedl. "Saya memberi selamat dan menanyakan kemungkinan dia bisa melatih Indonesia," kata Andi. Tapi yang membujuk pelatih asal Austria itu untuk menangani Indonesia tak lain rekan sebangsanya yang lebih dulu menetap di negeri ini, Wolfgang Pikal. "Pikal tahu saya sedang tak terikat kontrak dan memberi kabar bahwa Indonesia mencari pelatih," kata Riedl, yang dihubungi Pikal awal tahun lalu.

Pikal, yang bukan siapa-siapa di Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia, tak bisa serta-merta membawa Riedl ke Jakarta. "Ia hanya memberi cakram padat berisi informasi sepak bola Indonesia," kata Riedl. Masa penantian Riedl pun usai ketika Iman Arif ditunjuk sebagai Ketua Badan Tim Nasional. "Dengan Iman, hanya butuh seminggu untuk menangani kontrak," katanya. Riedl menyebutkan bahwa pemilik saham klub Liga Championship Inggris (satu level di bawah Liga Premier) Leicester City itu sangat mengerti keinginannya dan keperluan tim nasional. 

Sumber: tempointeraktif.com

Kompetisi dengan Spesialis Blunder dan Kado Penalti


JAUH hari sebelum dibuka, sudah terasa Kongres Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia akhir pekan lalu di Hotel Pan Pacific Nirwana Bali Resort, Tanah Lot, Bali, bakal berlangsung panas. Sehari sebelum acara, petugas keamanan hotel menghalau siapa pun yang tak berkepentingan. Polisi bertebaran di mana-mana. Belasan wartawan bahkan sempat diusir karena tak punya kartu izin meliput Kongres PSSI. Organisasi yang dipimpin Nurdin Halid itu memang sedang gonjang-ganjing, antara lain, karena lahirnya kompetisi tandingan Liga Primer Indonesia (LPI).

Pertikaian klub pendukung Liga Super Indonesia, yang bernaung di bawah PSSI, dengan klub yang "hijrah" ke Liga Primer menambah ketegangan kongres. Ada kabar ratusan suporter Bonek-pendukung klub Persebaya Surabaya, yang pindah ke LPI-akan menggelar unjuk rasa di Bali. Bonek memprotes kebijakan Ketua Umum PSSI Nurdin Halid yang membekukan keanggotaan Persebaya dan melarang eks Ketua Persebaya Saleh Ismail Mukadar menghadiri kongres. "Begini jadinya kalau PSSI dipimpin orang seperti Nurdin," ujar Saleh pedas. Bersama sejumlah pendukungnya, Saleh diam-diam sudah masuk arena kongres di hotel milik keluarga Bakrie itu. "Nurdin selalu bikin aturan sendiri," kata Saleh dengan kesal.

PSSI juga membekukan keanggotaan PSM Makassar, Persis Solo, Persibo Bojonegoro, dan Persema Malang. Selain Persis Solo, tiga klub itu sudah pindah ke Liga Primer Indonesia. Sejak awal Januari lalu, meski tidak direstui PSSI, liga yang digagas Gerakan Reformasi Sepak Bola Nasional dan pengusaha Arifin Panigoro itu memang sudah bergulir. Meski tak diundang, semua klub yang dicoret PSSI sudah merapat ke Bali. "Kami menganggap surat pembekuan ini tidak sah," kata Ketua Umum Persibo Taufik Risnendar.

Dari luar arena kongres, serangan terhadap PSSI tak kalah gencar. Sejumlah mantan pengurus PSSI-antara lain Sumaryoto, Tondo Widodo, dan Abu Bakar Assegaf-menggugat kepengurusan Nurdin Halid di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. "Mereka cacat hukum dan harus mundur secepatnya," kata Harjon Sinaga, kuasa hukum para penggugat.

Meskipun PSSI dirundung setumpuk masalah, sepak bola Indonesia dua bulan terakhir ini mendadak jadi buah bibir masyarakat. Ditangani pelatih asing Alfred Riedl, tim nasional mencapai final Piala Federasi Sepak Bola ASEAN, Desember lalu. Ketika tim nasional "tewas" di tangan negeri jiran Malaysia, publik kembali menyorot kepemimpinan buruk Nurdin Halid.

Selama tujuh tahun Nurdin memimpin PSSI, boleh dikata tak ada prestasi membanggakan. Indonesia tak sekali pun merebut Piala ASEAN. Satu dekade terakhir, Indonesia cuma jadi penggembira di panggung sepak bola dunia. Kompetisi kacau-balau, diwarnai kericuhan, baku hantam, juga dugaan pengaturan hasil pertandingan.

Pada pertengahan 2010, sebuah kantor auditor internasional diundang mencari tahu apa yang salah dengan pengelolaan klub-klub di Indonesia. Auditor itu memeriksa 16 klub-sebagian besar bertarung di Liga Super Indonesia, kompetisi divisi utama di negeri ini-dan menemukan fakta memprihatinkan. Meski menelan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sampai puluhan miliar setiap tahun, hanya tiga klub yang punya laporan keuangan teraudit. Bahkan hanya empat klub yang berbadan hukum. Selebihnya tak jelas bentuk organisasinya.

Semua klub tidak punya sistem pembukuan standar. "Laporan keuangan hanya dibuat dengan program Excel dan bisa diakses siapa saja tanpa proteksi memadai," tulis laporan itu. Semua klub tidak punya aset. Stadion, asrama, dan kendaraan merupakan pinjaman pemerintah daerah. Manajemen dan pemain datang dan pergi. Sebagian pemain dan pelatih tak punya kontrak hitam di atas putih. Laporan setebal 165 halaman itu menunjukkan betapa kacau manajemen sepak bola di negeri ini.

Tak mungkin prestasi lahir dari keadaan runyam begini. Ada indikasi, dalam kompetisi, semua bisa diatur. Segala cara dianggap halal, termasuk mengatur wasit, kartu kuning dan merah, juga skor pertandingan. Bahkan pengaturan diduga sampai pada penentuan klub juara. Kemenangan diraih lewat jalan apa saja, demi mempertahankan kucuran anggaran (APBD) dan prestise daerah.

Sumber: tempointeraktif.com

Tempo Bongkar Habis Kebobrokan “KoruPSSI” Laga ISL!


tempointeraktif.com

Tulisan saya terdahulu tentang PSSI Langgar FIFA Statutes, Ngaku Saja Lah! ternyata mendapat respon yang sangat besar baik dari jumlah pembaca maupun jumlah respon komentarnya. Mayoritas pembaca mengiyakan berbagai pelanggaran PSSI terhadap statuta FIFA sekaligus mereka men-support untuk membongkar lagi kebobrokan pada kompetisi ISL dibawah asuhan PSSI.

Ternyata minggu ini majalah Tempo membongkar habis KORUPSSI pada laga ISL. Berbagai bentuk kongkalikong serta kecurangan pada setiap pertandingan ISL di bongar habis-habisan. Mulai dari sandiwara pemain, wasit, agen, pelatih sampai deal-deal tingkat tinggi permainan skor pertandingan sepak bola. Intinya semua pertandingan dalam ISL sudah diatur, mungkin skor-nya pun sudah diatur lewat deal-deal di belakang meja.

1295939019948669509

Fifa.com

Inilah bukti nyata pelanggaran Statuta FIFA kelas berat yang selama ini dilakukan oleh PSSI, benar-benar Edan…..!!!

Inilah link untuk Laporan Utama Majalah TEMPO minggu ini:

Kompetisi dengan Spesialis Blunder dan Kado Penalti

Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia menggelar kongres tahunan di Hotel Pan Pacific Nirwana Bali Resort, Tanah Lot, Bali. Ketua Umum PSSI Nurdin Halid harus mempertanggungjawabkan kerjanya, dari prestasi tim nasional yang merosot sampai tudingan kompetisi yang bisa diatur. Suap dan mafia pertandingan merajalela. Ikuti investigasi Tempo soal jejaring rasuah di klub-klub sepak bola kita.

Dana Ajaib Raja Penalti

Pengeluaran klub yang bersumber dari APBD tidak jelas pencatatannya. Dipakai buat menggelembungkan kontrak, biaya nonteknis, hingga mendongkrak citra.

Uang Aman Pemimpin Lapangan

Kericuhan laga sepak bola sering dipicu keputusan wasit yang kontroversial. Diatur segelintir orang, uang dan lobi menentukan hasil akhir pertandingan.

Aneka Akting Lapangan Rumput

Para pemain menjadi bagian terpenting dalam kongkalikong pengaturan hasil pertandingan. Pemain asing pun bisa disuap.

Nirwan Bakrie:
Wasit Memang Agak Rawan


Arofiq
Sumber: kompasiana.com

Tuesday, January 25, 2011

David Beckham dan Koleksi Mobil Mewahnya

David Beckham
 
 
Berikut sebagian kecil foto koleksi mobil-mobil mewah david beckham. tahukah Anda kalau dengan gaji david beckham yang sekitar rp. 1 milyar (us$112,500/day (£68,141)!) per hari dia hanya perlu untuk bekerja selama 3 hari untuk membeli sebuah bentley baru. Tidak heran koleksi mobil mewahnya bertambah. Tercatat dia memiliki lamborghini, porsche, rolls royce, hummer, cadillac, dan lainnya



Mobil New Silver Bentley nya Beckham




Mobil Cadillac Escalade agan Beckham




Beckham dengan Rolls Royce Phantom




Porsche harga £163,000




Yang ini bersama £100,000 customised version



Beckham pun juga membeli mobil ini sebagai salah satu koleksinya dia membeli dengan harga Rp2,2 miliar.


 
Ini mobil yang pernah dia impikan semasa kecil. Kini, dia memiliki satu sebagai koleksinya. Namun, mobil ini tak cocok untuk situasi basah. Maka, Beckham jarang memakainya. Meski begitu, dia sangat menyukainya. Selain bentuknya juga sporty, mobil tersebut berdesain klasik. Beckham membelinya dengan harga 46,500 poundsterling (sekitar Rp846,5 juta).



Mobil buatan Amerika ini menjadi salah satu yang digemari Beckham. Apalagi, bentuknya macho dan bisa memuat istri dan ketiga anaknya dengan leluasa. Mobil itu yang paling sering dia pakai untuk bepergian bersama keluarganya. Dia membelinya dengan harga 49,995 poundsterling (sekitar Rp909,9 juta).
 
 
sumber: http://unikboss.blogspot.com 

Koleksi Mobil Tunggangan Christiano Ronaldo

Sebagai pemain termahal dunia, uang bukanlah masalah besar bagi seorang Cristiano Ronaldo. Gaji selangit membuatnya bebas membeli apa pun yang ia mau. Mulai dari rumah dengan luas tanah berhektar-hektar sampai dengan mobil-mobil termahal sejagad raya.


Tercatat CR7 memiliki begitu banyak mobil mewah di garasinya. Namun, ia memiliki selera tersendiri. Berikut ini 8 mobil mewah milik CR7 yang paling sering ia kendarai:

1.Bugatti Veyron


Ini adalah jenis mobil terdahsyat milik Ronaldo. Bagaimana tidak, Bugatti Veyron adalah mobil tercepat dan termahal di muka bumi. Top speednya yang mencapai 253 mph atau sekitar 407 Km/jam dan dapat mengalahkan mobil Formula 1 yang sanggup melaju hingga 360 km/jam. Harganya pun tak sembarangan, yakni mencapai US$ 1,2 juta atau sekitar Rp 10,8 miliar. 


2. Rolls-Royce Phantom Drophead Coupe

Rolls-Royce merupakan merk mobil yang sangat disegani di Inggris. Mobil ini biasanya hanya dimiliki oleh para bangsawan atau orang-orang yang memiliki harta berlimpah. Hanya beberapa orang yang saat ini memiliki mobil jenis Rolls-Royce Phantom Drophead Coupe di Inggris. Bayangkan saja, harganya mencapai US$ 443.000 atau sekitar Rp 4 miliar. Yang menakjubkan adalah di dalam bagasi mobil ini terdapat sebuah “picnic boot”. Ketika bagasi dibuka, maka akan keluar sebuah lemari otomatis yang menyimpan beberapa botol champagne dan perlengkapan piknik lainnya.



3. Porsche Cayenne Diesel
 

Mobil ini baru meluncur bulan Mei lalu, namun CR7 yang sudah menunggu-nunggu sejak lama, langsung getol membelinya. Mobil ini memiliki mesin dahsyat yaitu mengusung mesin 3.0 liter V6 8 transmisi percepatan triptonic. Kecepatan maksimumnya pun hingga 218 km/jam. Untuk konsumsi BBM, mobil ini bisa menghabiskan 10,5 liter untuk jarak 100 km. Harganya, 49.000 euro atau sekitar Rp 600 juta.



4. BMW M6

Mobil ini telah mendapat pengakuan di seluruh dunia sebagai mobil impian bagi mereka yang suka otomotif dan bergaya sporty. Mobil ini tentu saja sangat cocok dengan pekerjaan Ronaldo sebagai seorang atlet papan atas dunia. Meski harganya mencapai 100.000 USD (sekitar Rp 900 juta), Ronaldo tak memiliki masalah untuk membeli dan memajangnya di garasi. 


5. Porsche 911

Mobil ini sangat terbatas. Pihak Porsche hanya menyediakan sebanyak 356 unit. Untuk memboyong mobil beratap terbuka dengan gaya roadster klasik ini, Ronaldo rela merogoh kocek dalam-dalam sebesar 201.682 Euro atau sekitar Rp 2,4 miliar.




6. Bentley Continental GT


Mobil ini adalah Bentley terkuat yang pernah dibuat,dan yang pertama menembus kecepatan 320 km/jam. CR7 yang naksir berat mobil ini harus mengeluarkan dana sebesar US$ 375 ribu atau sekitar Rp 4,5 miliar untuk bisa mengendarainya.



7. Ferrari F430



Mobil sport dua tempat duduk ini sebenarnya telah pensiun. Namun, Ronaldo sangat sayang terhadap Ferrari jenis ini. Karena itu, ia tak mau menjual dan masih sering mengendarai mobil seharga US$ 188 ribu (kira-kira Rp 1,6 miliar) tersebut.



8. Audi R8


Mobil super ini dapat mencapai kecepatan puncak hingga 316 km/jam. Harganya pun juga selangit yakni U$D 109.000 atau sekitar Rp 982 juta.

10 Petinju Legendaris Sepanjang Masa

Ini 10 besar petinju sepanjang masa dipilih bukan hanya karena nama keluarga mereka tetapi juga karena supremasi mereka selama masa mereka sebagai juara.


10. George Foreman


76 W, 5 L, 68 KO - lahir 5 Januari 1949.

George Edward Foreman (lahir 10 Januari 1949 di Marshall, Texas), adalah sebagai anak yang penuh masalah dan merupakan anak putus sekolah. Pada masa remajanya, Foreman bergabung dengan program President Lyndon Johnson's Jobs Corps, dan di sanalah dia menemukan bakat terpendamnya dalam bidang olahraga tinju.


Kelak, setelah dewasa, Foreman dikenal sebagai juara dunia tinju dua kali yang dianggap sebagai salah satu petinju terbesar sepanjang sejarah. Ia pernah meraih emas di Olimpiade Meksiko 1968 dan mulai terjun ke tinju profesional pada tahun 1969.



9. Sugar Ray Leonard

36 W, 3 L, 1 D, 25 KO - lahir 17 Mei 1956.
Beliau adalah lambang seorang pejuang ilmiah dan seorang jenius di atas ring. Dia bisa masuk ke dalam pikiran lawannya untuk menimbulkan yang jabs paling serius untuk membawa mereka ke menyerah.


8. Marvin Hagler

62 W, 3 L, 2 D, 52 KO - lahir di Newark, New Jersey, 23 Mei 1954.
Karena dia merasa bahwa dia tidak menerima bayaran cukup atas prestasi, Hagler secara resmi berubah nama menjadi Marvelous Marvin Hagler. Ia secara luas dianggap sebagai salah satu middleweights terbesar sepanjang masa. Kemudian pindah ke Italia, di mana dia membuat film anggaran yang rendah


7. Archie Moore


181 W, 24 L, 9 D, 1 NC, 145 KO - 13 Desember 1913 - 9 Desember 1998.

Mencatat karir yang mengesankan, merupakan karir yang terbesar. Karirnya membentang selama empat dekade dan telah tersingkir dari salah satu pejuang besar lainnya dalam daftar top 10.



6. Roy Jones


49 W, 3 L, 38 KO - lahir 16 Januari 1969.

Pentinju Hebat yang akhirnya memilih untuk tidak lagi menjadi petinju. Jones memulai karir musik rap pada tahun 2001 dengan album yang sukses, berjudul Round Satu: Album dan debut single, 'Kalian semua Lupa Pasti'.



5. Joe Louis


68 W, 3 L, 54 KO - Joseph Louis Barrow lahir 13 Mei 1914-April 12, 1981

ijuluki Bomber Brown, dia dianggap salah satu yang terhebt dalam sejarah tinju. Di antara berbagai kemenangan nya Louis menciptakan dua kutipan tinju paling terkenal: 'Ia dapat berjalan, tetapi ia tidak dapat menyembunyikan' dan 'Setiap orang memiliki rencana sampai mereka telah menyerang.'



4. Julio Cesar Chavez


104 W, 5 L, 2 D, 80 KO - Julio Cesar Chavez lahir pada tanggal 12 Juli 1962 di Ciudad Obregon, Dia adalah juara Meksiko utama sepanjang masa. Dia mulai tinju sebagai amatir pada usia enam belas tahun dan telah menghancurkan hampir semua para pejuang atas selama waktunya. Dia melanjutkan untuk berjuang selama 13 tahun dengan rekor tak bercacat.



3. Henry Armstrong


150 W, 21 L, 101 KO - Henry Jackson Jr, lahir 12 Desember 1912

adalah petinju yang menggelar tiga kejuaraan dunia pada waktu yang sama.Ini termasuk Featherweight, Lightweight, dan Welterweight crowns. Dia juga memenangkan kejuaraan kelas Welterweight lebih dari petinju lainnya.



2. Muhhamed Ali


56 W, 5 L, 37 KO - lahir Cassius Marcellus Clay Jr, 17 Januari 1942 di Louisville, Kentucky.

Muhammad Ali (lahir sebagai Cassius Marcellus Clay, Jr. pada (lahir di Louisville, Kentucky, Amerika Serikat, 17 Januari 1942; umur 68 tahun) adalah pensiunan petinju Amerika Serikat. Pada tahun 1999, Ali dianugerahi 'Sportsman of the Century' oleh Sports Illustrated.Ali tiga kali menjadi Juara Dunia Tinju kelas Berat.


Ali lahir di Louisville, Kentucky, Amerika Serikat. Namanya mengikuti nama ayahnya, Cassius Marcellus Clay, Sr. Ali kemudian mengubah namanya setelah bergabung dengan Nation of Islam dan akhirnya memeluk Islam Sunni pada tahun 1975.



1. Sugar Ray Robinson


179 W, 19 L, 6 D, 2 NC, 109 KO - lahir Walker Smith Jr, 3 Mei 1921 - April 12, 1989

Sugar Ray Robinson (lahir Walker Smith Jr., 3 Mei, 1921 – 12 April, 1989) adalah seorang petinju profesional kelahiran Ailey, Georgia, Amerika Serikat. Baru-baru ini ia dinobatkan sebagai petinju terbaik di dunia. Robinson bertanding pada kelas welterweight dan middleweight. Ia diberi penghargaan ke dalam International Boxing Hall of Fame pada tahun 1990.