Wednesday, February 9, 2011
Uenak Tenan Timlo Solo Sastrohartono
Di saat tiupan angin terasa semilir dingin, paling enak memang manyantap hidangan yang satu ini. Kuahnya bening, gurih dan wangi. Irisan dadar berisi ayam, ati ampela dan telur pindang yang kecokelatan membuat rasanya mantap. Apalagi setelah diaduk dengan sedikit sambal kecap rawit! Hmm..gurih, manis, pedas!
Tiap mampir ke kota Solo seolah ada ritual yang mesti saya jalani. Apalagi kalau bukan mampir ke warung timlo Sastro yang ada di daerah Balong, pasar Gede. Siang itu mendung mengglayut dan udara terasa dingin, rasanya alasan saya buat mampir jadi makin pas saja.
Warung timlo yang ada sejal tahun 1952 ini ada di emperan di bagian timur pasar Gede. Warung ini didirkan pertama kali oleh pak Sastrohartono yang kemudian namanya dipakai sebagai merk timlo Solo racikannya. Padahal sebenarnya menyantap timlo di sini agak kurang nyaman. Karena tiap ada tiupan angin, ikut terbawa aroma sampah pasar yang kurang sedap itu. Tapi rasa kangen timlo mengalahkan aroma tak sedap itu.
Racikan yang disebut timlo khas pak Satro ini berupa sup bening, kaldu ayam bening dengan sosis berupa dadar pipih berisi cincangan ayam, potongan hati, ample dan telur ayam yang semuanya sudah dibumbui kecap dengan warna kecokelatan. Taburan bawang merah goreng melengkapi sajian sup ini.
Di tempat lain timlo sering ditambah dengan tauge, kol dan suun sehingga mirip soto tetapi dari dulu kala timlo pak Satro ya bening sederhana. Siang itu warung tidak terlalu padat hanya ada beberapa orang makan menempati meja kayu panjang yang berderet di emperan yang dijadikan warung makan. Biasanya warung ini di pagi hari dijejali pengunjung yang sarapan sebelum ke pasar Gede.
Pilihan menunya bisa timlo komplet, timlo hati, ampela, sosis, bisa dipesan terpisah atau disatukan dengan nasi. Tempat meracik timlo ada di sisi kanan, baskom berisi aneka isian timlo berderet dan panci berisi kaldu mendidihpun selalu dipanaskan di atas tungku.
Pesanan tak memakan waktu lama, langsung disajikan dalam mangkuk sedang. Aroma gurih kaldu segera tercium. Irisan sosi, hati, ampela dan telur kecokelatpun menyesaki mangkuk. Hirupan kuahnya terasa sangat ringan, gurih kaldu ayam dengan rasa asin yang tak berlebihan.
Setelah diaduk dengan sambal kecap rawit barulah terasa aksen pedas manis yang menggairahkan. Disuap perlahan dengan nasi hangat membuat racikan ini benar-benar menumpaskan rasa kangen saya pada makanan khas Solo ini. Makin enak saat dimakan dengan kerupuk rambak.
Ya, kerupuk kulit khas Solo ini besar, gendut dan renyah kering. Setelah sedikit lembek dalam celupan kuah timlo rasanya jadi makin gurih enak saja. Ada siomay dari adonan tahu, bihun dan wortel yang bisa juga dijadikan tambahan lauk.
Buliran kecil keringatpun membasahi dahi dan leher. Perutpun terasa hangat dan kenyang. Harga yang ditawarkan juga tak mahal. Untuk timlo komplet Rp. 12.000,00, timlo ati rempelo dan timlo sosis telor Rp. 9.000,00 dan timlo sosis rempola ati Rp. 9.000,00. Cara menghitung bonpun tak memakai kertas tetapi pakai batu tulis alias sabak dan kapur. Sang pelayan akan menghitung secepat Anda mengucapkan pesanan Anda, bahkan lebih cepat dari kalkulator!
RM Timlo Sastro
Sejak 1952-100% halal
Pasar Gede Timur 1-2 (Balong) Solo
Buka : 06.30-15.30
Jl. Wahidin 5 no. 30 (Ruko tugu lilin Penumping A 5)Solo
Buka : 06.30 -22.00
Sumber: food.detik.com
Labels:
Kuliner
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment