Komodo
Pengumuman yang dikeluarkan "The New7Wonders Foundation"--lembaga internasional yang tengah menyelenggarakan pemilihan tujuh keajaiban dunia--pada 31 Januari lalu, begitu mengejutkan, karena akan menangguhkannya sebagai salah satu finalis Tujuh Keajaiban Dunia.
"Kami akan mengambil sikap untuk menentukan nasib Komodo (varanus commodoensis) pada 7 Februari mendatang," kata Presiden The New7Wonders Foundation Bernard Weber dalam laman resminya www.new7wonders.com.
Lembaga yang bermarkas di Swiss itu mengutarakan alasan mereka menangguhkan Komodo dari Tujuh Keajaiban Dunia, karena salah satu pihak telah "melanggar komitmen hukum dan perjanjian resmi" yang telah disepakati.
Menurut Bernard Weber, pelanggaran tersebut berupa tidak dihormatinya kesepakatan yang menetapkan Jakarta sebagai tempat pengumuman resmi Tujuh Keajaiban Dunia pada 11 November 2011, dan menuduh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia sebagai pihak yang tidak serius menanggapi pelanggaran dimaksud.
Dengan nada enteng, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik mengatakan, "Tidak masalah jika Pulau Komodo yang dihuni biawak raksasa Komodo itu dihapus dari daftar pemilihan Tujuh Keajaiban Dunia Baru".
"Kita (Indonesia) tetap mempromosikan Komodo meski dihapus dari daftar pemilihan new7wonders," kata Menteri Jero Wacik kepada pers di Jakarta, Rabu (2/2). Jero Wacik menjelaskan The New7Wonders Foundation berkeinginan untuk menangguhkan Komodo dari Tujuh Keajaiban Dunia Baru, karena Indonesia tidak bersedia mengeluarkan dana 45 juta dolar AS untuk menjadi tuan rumah puncak pemilihan pada 11 November 2011.
Menteri menuturkan bahwa ia dihubungi oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) penyelenggara survai new7wonders jika Indonesia menjadi tuan rumah maka perkiraan biaya yang dibutuhkan 45 juta dolar atau sekitar Rp400 miliar.
"Saya berhitung layak tidak mengeluarkan Rp400 miliar untuk jadi tuan rumah..., tidak sampai hati kalau mengeluarkan 45 juta dolar itu," katanya tentang pemilihan tujuh keajaiban dunia baru dari 28 kandidat.
Menurut Jero, jika Indonesia tidak bersedia menjadi tuan rumah tentunya masih ada 27 negara yang lain sehingga dia menyampaikan keberatan karena terlalu mahal biayanya.
Namun, kata dia, yayasan tersebut justru mengancam akan menghapus Pulau Komodo dari daftar pemilihan jika Indonesia tidak bersedia menjadi tuan rumah.
"Mereka mengatakan wah Indonesia kalau tidak mau jadi tuan rumah nanti bisa dihapus...Rupanya mereka mengancam Indonesia, mereka bilang kita akan hilangkan itu (Pulau) Komodo," ujarnya.
Menbudpar mengaku ancaman itu menyebabkan rasa nasionalismenya bangkit. Ia kemudian mempertanyakan keabsahan yayasan tersebut dan menulis surat kepada LSM itu. "Saya tulis surat tadi, mereka bilang tunggu, tanggal 7 Februari akan divonis," ujarnya.
Namun, menurut Jero Wacik, sejak Indonesia giat mengkampanyekan Pulau Komodo, kawasan tersebut makin terkenal dan pemerintah tetap akan melanjutkan promosi.
Presiden The New7Wonders Foundation Bernard Weber bahkan menulis surat pribadi kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, meminta agar permasalahan ini segera diselesaikan. "Saya percaya Anda memiliki visi, keberanian, dan kapasitas untuk menyelesaikan permasalahan yang menjadi keprihatinan utama dari seluruh rakyat Indonesia," demikian tulis Weber dalam suratnya.
Kepala Bidang Promosi Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Nusa Tenggara Timur (NTT) Ubaldus Gogi menjelaskan capaian peringkat Komodo pada posisi ke-10 itu berdasarkan penilaian foundation dengan menggunakan kriteria umum atau murni suara dukungan terhadap 28 finalis yang masuk.
Posisi Komodo selama Januari mengalami fluktuasi. Pada 3 Januari, Komodo menempati peringkat sembilan, tanggal 10 Januari peringkat sepuluh, tanggal 17 Januari peringkat enam dan pada 31 Januari menempati peringkat 10.
Untuk pemilih tingkat internasional, kata Gogi, Komodo hanya mampu meraih 60,62 persen suara dari 28 finalis new7wonders dan berada di peringkat ke-26. Finalis tujuh keajaiban baru dunia (New7Wonders) yang meraih pemilih terbanyak internasional adalah Kalimanjoro meraih suara internasional 99,96 persen, Mud Volcanoes 99,82 persen, Galapagos 99,76 persen, Cliffs of Moher 99,65 persen, Miford Sound 99,62 persen.
Berikutnya, Black Forest 99,59 persen, Vesuvius 99,50 persen, El Yuque 99,45 persen, Maldives 99,40 persen, Great Barrier Reef 99,16 persen, Uluru 99,15 persen, Dead Sea 99,06 persen. Selanjutnya, Jelita Groto 98,54 persen, Table Mountain 97,20 persen, Bay of Funday 97,14 persen, Masurian Lake District 95,82 persen, Grand Canyon 95,51 persen, Angel Falls 95,27 persen, Amazon 93,38 persen dan Yushan 92,92 persen.
Tiga finalis yang meraih suara pada kisaran 80-an persen masing-masing Puerto Princesa Underground River meraih 86,42 persen, Halong Bay 86,38 persen dan Iguazu Falls 86,30 persen.
Sumber: republika.co.id
No comments:
Post a Comment